Cerpen : Hadiah Terindah


Ternyata benar tuhan akan selalu menguji insan yang menjalin cinta.

Aku Reni siswi SMA, aku duduk dikelas XII IPA 1. Ini berawal dari putih abu-abu. Aku mempunyai seorang kekasih dan dia adalah cinta pertamaku. Love at first sight. Cinta pertama masa SMA. Dia bernama Rendi. Singkat cerita kamu jadian pada tanggal 27 september 2011. Kami menjalin hubungan yang cukup langgeng sampai kedua orangtua kami tahu akan hubungan kami. Meskipun aku tak mengerti apa itu cinta tapi aku belajar mencintai seseorang dengan tujuan positif. Penyemangatku.

“ren, jalan yu?” ajak Rendi padaku. “kemana? tapi kamu izin sama mamahku dulu ya” ucapku. Dia selalu meminta izin pada mamahku setiap kali dia mengajakku jalan. Ternyata ujian datang, dia mulai berbeda semenjak dia pindah ke SMA favorit yang dia idam-idamkan. Dia berubah derastis padaku mungkinkah dia telah bosan padaku atau dia menemukan seseorang sosok yang sempurna di sekolahan barunya. Kini cinta itu telah melebur berubah menjadi rasa takut kehilangan. Rasanya hubungan ini menjadi terombang ambing karena sikapnya yang semakin tak menentu. Aku sangat lelah jika mempertahankannya mungkinkah merasakan hal yang sama tapi terlalu sulit aku melepaskannya karena aku sangat menyayanginya.

“kamu kemana aja gak pernah ngasih kabar?” sms yang aku kirim pada Rendi. “Ren, maaf. Aku bosen sama kamu” balasannya yang aku terima. Demi tuhan aku sangat sakit, hatiku remuk mendengarnya. “kenapa? aku sayang sama kamu. Apa kamu udah gak sayang sama aku?” jawabku padanya. “aku disini udah punya pacar lagi dia bernama adenti, jadi kita sampai disini saja” balasan darinya. Rasanya hancur sudah perasaan ini, memang perih tapi mungkin perpisahan jalan yang terbaik. Saat lirihku dalam tangisan di bawah langit sore yang beradu warna menjadi satu menciptakan senja yang indah begitu menakjubkan tapi tak seindah perasaanku. Hari ini 29 september 2012 kami berakhir. Tak kan ada aku lagi di kehidupannya. Kita menjadi aku dan dia.

“bila ini yang kau mau meninggalkan aku silahkan kau pergi ku tak kan mencari (ello-takkan ada aku lagi)” lantunan lagu ini yang menemani deraian airmataku yang mulai mengalir di pipiku.

“kamu harus bisa move on ren” ucap tiwi sahabatku yang mengbuyarkan lamunanku.
“iya aku bisa ko wi” jawabku dengan tersenyum padanya.
Rasanya senyuman itu hampa tapi inilah aku yang pertama kali merasakan jatuh cinta dan kecewa.
“cinta itu datang dan pergi. Disaat kamu berani bermain cinta kamu harus siap terluka” ucap Rio dengan mengusap airmataku dengan sarung tangannya.
“cewek kecil makanya jangan dulu jatuh cinta jadinya nangis” ledeknya lagi padaku yang terdiam lemas di bawah pohon depan taman.
“kenapa harus Rio yang selalu menghapus airmataku tuhan kemana Rendi yang aku sayangi” lirih hatiku.

Satu tahun pun terlewati aku mulai terbiasa sendiri tanpa asmara meskipun hampa tapi setidaknya aku nyaman dengan kesendirianku dan tak ada yang perlu aku khawatirkan lagi soal cinta.

Di sampingku selalu ada Rio sahabatku yang selalu ada disaat aku membutuhkannya, saat aku sedih dan disaat aku perlu bahunya untuk bersandar. Dia memang sahabat ku yang terbaik setelah ke pindahan Tiwi ke Semarang karena ayahnya bertugas disana.

Semakin terasa dekat antara aku dan Rio yang aku takutkan adalah cinta.
“makan siang yu” ajak Rio padaku yang sedang duduk mendengarkan musik.
“yailah.. Kamu pake headset sih.” ucapnya dengan melepas headset dari telingaku.
“makan siang yu, aku yang traktir” ajaknya lagi padaku
“oke. Hehe” jawabku dengan tertawa kecil. Dia menggenggam tanganku dan beranjak dari tempat itu.

Aku merasa sangat aneh baru kali ini dia berani menggenggam tanganku. Dia berjalan dengan tanganku digenggamnya. “aduh” aku hampir terjatuh untung saja tangan kiri Rio menahan badanku dan tangan kanannya menggenggam tanganku. Saat itu aku merasakan sesuatu yang beda, bukan Rio, bukan Rio, jantungku berdebar kencang.

“tuhan ini apa?” lirih hatiku. Kami pun melanjutkan berjalan menuju kantin sekolah. Aku duduk tepat di hadapannya. Dia tau minuman dan makanan yang aku suka tanpa berpikir panjang dia memesankan untukku. Rasanya mata ini tak ingin henti memandangnya dan aku mulai rasakan hadirannya sesuatu pada sosok lelaki itu. Rio sederhana, rapi dan sopan. Ucapannya ramah meskipun sering meledekku tapi kata-kata yang diucapkannya tak pernah menyakiti hati ku.

Wajahnya biasa saja tak ada yang menarik ketika pertama aku mengenalnya. Matanya yang sayu seperti orang yang sedang ngantuk, uniknya dia memiliki tanda lahir di bibirnya berwarna coklat.
“Ren, Reni” suara yang mengecoh lamunanku. “eh. oh. iya. a. apa io?” ucapku dengan kaget yang menghentikan lamunanku. “kok kamu bengong, liatin akunya gitu?” jawabnya dengan bingung karena yang sejak awal keberadaanku disana aku tak berucap apapun.
“ah enggak apa-apa kok” ucapku dengan tersenyum.

Setiba di rumahku bayangan itu menghampiriku. Bayangan seseorang yang tak asing lagi dia selalu ada di setiap hariku. Ponselku bersuara.
Kubuka ponselku terdapat sms dari Rio
Rio: kesepian nih..
Renia: kenapa?
Rio: lagi apa ren?
Renia: lagi ngelamun nie tiba2 something datang gitu aja. haha
Rio: sama aku juga. hehe
Renia: apa? Apa? :p
Rio: aku lagi suka sama cewek
Renia: tembak aja susah amat :p
Rio: aku sayang sama kamu. Perasaan aku bilang kamu yang aku suka. Aku tau kamu masih trauma karena luka masa lalu. Kamu mau gak kita belajar mencinta..
Kamu mau gak jadi pacar aku?
Renia: jadi kamu nembak aku?
Rio: bisa jadi :p
Renia: aku mau :) janji ya kamu gak ngecewain aku

30 agustus aku mencoba belajar mencintai lagi. Tapi tak ku duga masalah datang terus menerus dengan hadirnya Rendi yang datang memohon cintaku lagi tapi tak semudah membalikkan telapak tangan aku tak mau jatuh di kesalahan yang sama.
Rio adalah penyemangatku dia selalu sabar menghadapi keegoisanku tapi dia selalu berkata “sabar sayang cinta kita lagi diuji”

Malam itu aku menghubungi Rio namun tak ada jawaban. Aku takut dia mengkhianatiku seperti Rendi dulu tapi kali ini aku tak mau berburuk sangka. Aku menunggunya hingga aku terlelap.

Paginya aku merasa tak bersemangat dari awal ku membuka mata hingga berangkat sekolah. Sesampaiku di sekolah aku lihat sekelilingku tak ku temukan. Tak menunjukan keberadaannya Rio tapi jantungku berdebar kencang aku yakin Rio ada di sekitar sini.

“ini siapa?” seseorang dari belakang menutup mataku dengan kedua tangannya. Aku berusaha melepaskannya tapi seseorang itu memaksaku melangkahkan kaki mendorongku dari belakang..
“ih ini siapa iseng banget sih, aku mau dibawa kemana. Aku lagi nyari Rio” ucapku tapi seseorang itu tak menghiraukan ucapanku dan tetap tak bersuara. Hingga langkahku pun terhenti dan dia melepaskan kedua tangannya yang dari tadi menutup mataku.
“Happy Brithday ya my dear, i love you” suara yang tak asing bagiku dari belakang badanku. Aku membalikkan badanku dan terlihat keberadaan Rio disana dengan kue di tangannya berhiaskan merah muda tertulis namaku dan kata sayangnya untukku dan lilin pelangi yang berjumlah 17 tepat dengan umurku sekarang. Aku tak kuasa menahan haru, aku tersenyum dengan mata yang berbinar-binar. “makasih sayang” ucapku. “tiup lilinnya sayang, sebelum ditiup make wish dulu” ucapnya padaku. Aku pun menundukan kepala dan mulai berdo’a
“Tuhan terima kasih kau kirimkan dia di hidupku aku sangat bahagia. Dia adalah hadiah yang terindah”. Aku tiup semua api di lilinnya dan dia berkata “aku sayang kamu”. “aku pun menyayangimu”.

Kau adalah cinta yang tak pernah ku sadari sebelumnya. Kini aku tau kau memang hal terindah bagiku. Aku menyayangimu Rio.

The End

Cerpen Karangan: Riani Fuzi A Dewi

Komentar

  1. Keren sob cerpennya., :noprob: :like:

    BalasHapus
  2. Wah,, kebetulan nih sob, gw ada tugas tentang crpen,

    BalasHapus
  3. Mendapat hadiah merupakan hal yang sangat menyenangkan sekali loh ...
    salam kenal ...

    follow blog saya ya sob
    http://infoejaman.blogspot.com

    BalasHapus
Silahkan berkomentar !

Archive

Formulir Kontak

Kirim